Selangkah Lebih Dekat dengan Cinta Pertamamu

 

Hati yang Gembira adalah Obat *

          Mencintai diri sendiri. Banyak yang telah menyuarakan hal ini. Kita sering mendengarnya atau membacanya di berbagai media, bukan? Tapi apakah hal ini sudah kita lakukan dalam hidup kita? Maksudku, secara nyata. Sebenarnya apa itu mencintai diri sendiri?

        Saya sendiri sebenarnya masih mencari arti dari mencintai diri sendiri itu. Tidak jarang saya lalai dalam mengambil sebuah keputusan dan berakhir ke dalam penyesalan karena saya memutuskannya dengan berorientasi kepada orang lain. Saya ragu dalam memilih berdasarkan isi hati dan keinginan saya sendiri. Saya selalu berusaha menciptakan kedamaian di lingkungan saya dan berakhir dengan menyiksa batin saya.

Ya, benar. Kadang, kebahagiaan kita berorientasi kepada orang lain. Tetapi apa kita menyadari hal itu? Aku yang sekarang sering bertanya, bermonolog dengan diriku sendiri. Sudahkan aku mencintai diriku sendiri? Apa aku telah melakukan atau memberikan sesuatu yang pantas untuk diriku sendiri? Atau yang terpenting, apakah aku bahagia?

Bagaimana caranya untuk mencegah kita menyesal dan cara kita mengatasi penyesalan itu? Ada hal yang dapat kita lakukan dan butuh usaha yang besar untuk melakukannya. Langkah pertama adalah luangkan waktumu untuk dirimu sendiri, paling tidak satu jam dalam sehari. Jauhkan segala hal yang mengganggumu, baik itu gawai, keributan, segala deadline tugas, maupun pekerjaan rumah. Dalam satu jam itu, lakukan monolog dengan dirimu sendiri. Tanyakan kepada dirimu, apa yang kau punya saat ini, apa hal yang terjadi jika hal itu tidak ada di hari-harimu saat ini, bagaimana caramu berjuang sampai titik ini, apa saja hal kecil sederhana yang membuatmu bertahan pada saat ini, siapa dirimu sebenarnya, dan tekankan pada dirimu value yang bagus. Misalnya, “Maria, hari ini kau mendapat sebuah ucapan semangat dari orang-orang terdekatmu. Kamu sudah sampai di titik ini dan ya, semuanya tidak gampang. Ada banyak hal yang kau lalui dan tidak semua orang tahu apa saja yang telah kamu lalui. Jangan biarkan mereka yang tidak tahu apa-apa menghentikan semangatmu yang membara. Jangan biarkan perjuanganmu selama ini sia-sia. Aku tau kamu lelah, Maria. Aku tahu pasti akan hal itu. Aku tau bahwa kamu butuh istirahat. Take your time. Semua orang diberi kemampuan yang berbeda. Kamu spesial dan hanya ada satu di dunia. Kamu memiliki berjuta kejutan dalam hidupmu. Tuhan tidak membiarkan hamba-Nya jatuh tersungkur sebab Ia menopang tangannya. Ayo semangat lagi.”

Langkah kedua, cintai apa yang kamu miliki sekarang. Jujur, aku juga masih belajar dalam langkah kedua ini. Aku memiliki hal yang kusesali baru-baru ini. Tetapi, mari kita sama-sama belajar. Aku berusaha membuka mataku. Ada orang yang tidak sanggup menduduki keadaanku sekarang dan aku dipercayakan oleh Tuhan untuk duduk di tempat ini.

Langkah ketiga, agar kamu tidak jatuh ke dalam penyesalan, usahakan dalam pengambilan keputusan untuk masa depanmu, kamu berorientasi lebih banyak pada dirimu sendiri. Lihat bagaimana gambaranmu untuk diri sendiri bagaimana kamu lima tahun, tujuh tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh tahun ke depan. Kamu berhak untuk memilih masa depanmu yang akan kamu jalani.

Langkah keempat, beri penghargaan kepada dirimu sendiri setelah kamu berhasil melalui satu masa yang membuatmu bersedih dan/atau jenuh. Berolahraga, mendengarkan musik, menari, memasak, berjalan santai, berbincang dengan orang-orang yang kamu kasihi, berdandan, mendengarkan alam berbicara, travelling atau yang lain. Hal ini secara tidak langsung membuatmu menyadari bahwa yesss, aku berhasil melaluinya dan ini aku yang sekarang. Aku sekarang lebih baik daripada aku yang dulu.

Langkah kelima, jadikan kekalahanmu sebagai kemenangan, bukan kegagalan. Dengan kamu menciptakan pola pikir ini, kamu dapat menyadari bahwa kamu dapat belajar dari situasimu yang mungkin bukan seperti apa yang kamu harapkan.

Langkah yang keenam dan ini berhubungan dengan segala poin di atas. Hilangkan pikiran kamu yang membandingkan dirimu dengan orang lain. Secara tidak langsung, kamu membuat luka batin di dalam dirimu dan mempengaruhi segala tindakanmu di masa depan. Memangnya, apa saja poin penting dari kamu membandingkan dirimu dengan orang lain? Memacu semangat? Hell, no way. Hal ini bukanlah konsep yang baik untuk dilakukan. Jangan pernah membandingkan pencapaianmu dengan orang lain. Seperti poin pertama tadi, orang lain tidak mengetahui apa yang sudah kamu lalui dan kamu juga tidak mengetahui segala yang mereka telah lalui untuk sampai di titik mereka berdiri sekarang. Merasa seperti ditampar bukan? Bandingkanlah dirimu yang sekarang dengan dirimu yang dulu. Bayangkan bagaimana kamu sampai pada titik ini. Perjuangan apa saja yang telah kamu lakukan. Jadikan dirimu sebagai poin utama pembanding dirimu sendiri dan orang lain menjadi motivatormu.

Jadikan dirimu sebagai orientasi kebahagiaanmu. Jiwa dan batinmu saat ini menentukan apa dan siapa kamu selanjutnya. Kebahagiaanmu adalah hal yang utama. Bukan egois, tetapi kamu harus menjaga keseimbangan kebahagiaan yang kamu beri kepada dirimu dan orang lain. Ingat, hati yang gembira adalah obat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan Mental dengan Mengenali Diri Sendiri